Bagaimana pengobatan Penyakit Sel Sabit atau Sickle Cell Anemia?



Oleh : Ersa Rahma Febriana (X MIPA A) 

SICKLE CELL ANEMIA
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.

 Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin kematian. 


Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa lubang (lingkaran, pipih di bagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.

PENYEBAB ANEMIA SEL SABIT
Anemia sel sabit bukanlah penyakit menular. Kondisi ini disebabkan oleh adanya mutasi gen yang menjadikan molekul-molekul hemoglobin saling menempel dan mengeras ketika proses deoksigenasi (pelepasan oksigen dan penyerapan karbondioksida). Gumpalan-gumpalan hemoglobin inilah yang kemudian merusak bentuk asli sel darah merah, dari yang seharusnya bulat menjadi sabit.
Anemia sel sabit bersifat resesif autosomal. Artinya seseorang berisiko terkena gejala anemia sel sabit apabila kedua orang tuanya merupakan pembawa penyakit ini. Jika hanya salah satu saja, maka anak yang dilahirkan hanya akan menjadi pembawa saja, bukan penderita penyakit. Sebenarnya proporsi terkena atau tidak terkena anemia sel sabit pada anak dengan kedua orang tua pembawa sifat penyakit ini adalah sama, yaitu 25 persen. Artinya 1 dari 4 anak berpeluang mewarisi sepasang gen cacat atau bisa juga sepasang gen normal. Sedangkan proporsi bagi anak untuk tetap menjadi pembawa adalah 50 persen.

Selain orang-orang Asia, penyakit anemia sel sabit banyak dialami oleh orang-orang Timur Tengah, Afrika, Mediterania Timur, dan Karibia. Sel sabit juga dapat disebabkan oleh : (Price A Sylvia, 1995, hal : 239)
a.    Infeksi
b.    Disfungsi jantung
c.    Disfungsi paru
d.    Anastesi umum


GEJALA

Penderita anemia sel sabit dapat menunjukkan berbagai gejala-gejala akibat kekurangan sel darah merah (anemia), berupa tubuh terasa lelah dan kurang bertenaga, detak jantung tidak teratur, dan sesak napas (terutama setelah melakukan aktivitas fisik).


           Penyumbatan pada pembuluh darah dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah sehingga penderita anemia sel sabit dapat merasakan nyeri yang tidak tertahankan. Episode ketika nyeri ini kambuh disebut sebagai sickle cell crisis. Diperkirakan penderita anemia sel sabit bisa mengalami kondisi ini sampai 14 kali dalam setahun (meskipun umumnya 1-2 kali), dengan durasi nyeri sekitar 5-7 hari.

Pada anak-anak, munculnya episode sickle cell crisis bisa dikenali dari pembengkakan pada tangan dan kaki. Seiring pertumbuhan usia, nyeri bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti ke daerah perut, tulang dada, tulang belakang, panggul, dan iga. Pertumbuhan anak-anak yang menderita anemia sel sabit berisiko terhambat karena mengalami defisiensi sel darah merah yang memasok nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Kondisi ini juga berisiko memperlambat masa pubertas mereka di usia remaja.
Selain itu, penderita dapat mengalami:
·      Gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina sebagai efek dari terhambatnya aliran darah di dalam mata.
·      Mudah terkena infeksi bakteri atau virus akibat rusaknya limpa (organ yang berfungsi melawan infeksi).
·      Tubuh tampak kuning (jaundice). Terjadi akibat penumpukan zat bilirubin bisa terjadi akibat kerusakan sel-sel darah merah secara cepat. Selain itu, kadar bilirubin yang tinggi juga bisa menyebabkan penyakit batu empedu apabila tumpukan zat tersebut mengkristal dan menyumbat saluran empedu.
·      Luka pada kulit akibat sumbatan di pembuluh darah kulit.
·      Priapisme atau ereksi berkepanjangan yang menimbulkan rasa sakit dan berisiko menyebabkan kerusakan pada penis serta kemandulan. Priapisme terjadi akibat penyumbatan aliran darah di dalam penis.

Apabila Anda memiliki anak yang menderita anemia sel sabit, awasi mereka secara ketat karena kondisi ini berpotensi menimbulkan komplikasi-komplikasi yang membahayakan nyawa. Segera bawa anak Anda ke rumah sakit apabila menunjukkan tanda-tanda peningkatan level keparahan gejala, seperti:
·      Sesak napas
·      Terlihat bingung
·      Demam tinggi
·      Pusing dan leher kaku
·      Sakit kepala hebat
·      Mengalami priapisme selama lebih dari dua jam (pada anak laki-laki)
·      Perut bengkak dan terasa sangat sakit
·      Tetap merasakan nyeri di masa sickle cell crisis meskipun sudah diberi obat pereda rasa sakit.
·      Kejang-kejang

PENGOBATAN
Saat ini penanganan anemia sel sabit umumnya hanya ditujukan untuk mencegah kekambuhan sickle cell crisis, meredakan gejala, serta mencegah munculnya komplikasi. Adapun penanganan anemia sel sabit dapat meliputi:
·            Transplantasi sumsum tulang. Satu-satunya metode pengobatan yang bisa menyembuhkan kondisi ini sampai tuntas hanyalah melalui transplantasi atau pencangkokan sumsum tulang. Melalui metode ini, sumsum tulang penderita akan diganti dengan sumsum tulang donor yang dapat menghasilkan sel-sel darah merah yang sehat. Namun tidak mudah untuk menemukan donor sumsum tulang. Selain itu, metode ini juga berisiko menimbulkan komplikasi, seperti kejang-kejang, stroke, dan tumor.
·            Mengatasi sickle cell crisis. Untuk mengatasi sickle cell crisis yang sering kambuh (lebih dari enam kali dalam setahun), dokter biasanya akan meresepkan Obat ini mampu menstimulasi tubuh untuk memproduksi satu jenis hemoglobin yang tidak terpengaruh oleh mutasi sel sabit bernama hemoglobin fetus (HbF) untuk menggantikan hemoglobin pasca lahir (Hb) yang rusak. Meski cukup efektif, penggunaan hydroxycarbamide dapat menimbulkan berbagai efek samping. Di samping bisa menggagalkan kontrasepsi dan meningkatkan risiko bayi cacat pada ibu hamil, penggunaan hydroxycarbamide tanpa resep dari dokter dikhawatirkan bisa menurunkan tingkat kekentalan darah pada taraf yang berbahaya dan menurunkan kadar sel darah putih dalam tubuh yang justru membuat seseorang yang mengonsumsinya rentan terhadap infeksi.
·            Penanganan nyeri. Apabila Anda merasakan rasa sakit yang mengganggu ketika mengalami periode sickle cell crisis, cobalah redakan dengan cara mengompres bagian yang sakit dengan handuk hangat, mengalihkan pikiran dari rasa sakit tersebut (misalnya dengan bermain video game, menonton film, atau membaca cerita favorit), minum banyak cairan untuk memperlancar aliran darah yang tersumbat, dan mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas di apotek (misalnya parasetamol. Apabila rasa sakit belum juga hilang dan malah makin mengganggu, segera temui dokter. Dokter kemungkinan akan meresepkan obat pereda nyeri dengan dosis lebih kuat yang mengandung kombinasi dari kodein dan parasetamol atau menyuntikkan morfin.
·            Mengatasi anemia. Untuk mengatasi gejala kekurangan darah atau anemia pada penderita anemia sel sabit, dokter biasanya akan meresepkan suplemen vitamin B9 atau asam folat dan menyarankan jenis-jenis makanan yang diperlukan untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Kelompok makanan tersebut dapat meliputi hati, kacang hijau, kacang polong, kentang, dan bayam).
·            Mengatasi pertumbuhan yang terhambat. Bagi anak-anak yang mengalami masalah pertumbuhan, kemungkinan dokter akan meresepkan suplemen zat seng (zinc) guna menstimulasi pertumbuhan tulang dan otot. Sedangkan untuk mengatasi masalah pubertas pada remaja penderita anemia sel sabit, dokter kemungkinan akan melakukan terapi hormon.
·            Pencegahan infeksi. Untuk mencegah risiko infeksi, biasanya dokter akan menganjurkan pasien anemia sel sabit untuk diimunisasi, yaitu imunisasi hepatitis dan meningitis. Selain imunisasi, dokter juga kemungkinan akan meresepkan sejumlah antibiotik.
·            Pencegahan stroke. Untuk mencegah risiko stroke, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan transcranial doppler scan (TCD scan) tiap tahun. Melalui metode pemeriksaan yang dibantu ultrasound ini, tingkat kelancaran aliran darah di dalam otak bisa dilihat. Jika dokter mencurigai adanya penyumbatan aliran darah oleh sel darah sabit yang berisiko menyebabkan stroke, maka biasanya dokter akan menyarankan dilakukannya transfusi darah untuk meningkatkan suplai darah ke otak.
  

sumber :  beberapa lupa:') salah satunya aladokter. com

0 Comments