Oleh:
Putri Sekar Arum/ X MIPA A/20
SMAN 1 KEDIRI
2016/2017
MAU COPAS? IJIN DULU
Menggali Kisah Seorang Intelektual,
Perintis, dan Revolusioner Kemerdekaan Indonesia
JUDUL BUKU : Sultan Sjahrir :
Pemikiran & Kiprah Sang Pejuang Bangsa
PENULIS : Lukman Santoso Az.
EDITOR : Utami Pratiwi
PENERBIT : PALAPA
KOTA TERBIT : Jogjakarta
CETAKAN, TAHUN TERBIT : I, Mei 2014
TEBAL BUKU : 278 halaman
HARGA BUKU : 30.000,00
Buku ini
bercerita tentang realitas seorang tokoh yang memiliki andil besar dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia yang belum banyak tersaji dalam historiografi
Indonesia.
Lukman
Santoso Az. Lahir di Sekincau, Lampung 20 Mei 1985. Riwayat pendidikannya
dilalui dengan menyelesaikan pendidika di Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah
Aliyah di kota kelahirannya. Ia berhijrah ke Yogyakarta tahun 2005 untuk studi
di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Yogyakarta dan lulus pada 2009, tahun 2010,
ia melanjutkan studi hukum pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum UIN
Yogyakarta dan lulus tahun 2012. Saat ini ia sedang menempuh program doktor
Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana UGM Yogyakarta. Penulis muda ini mulai
menekuni kegiatan menulisnya sejak mahasiswa. Adapun beberapa buku yang telah
ditulis, di antaranya ialah Jagalah
Lisanmu (PIM 2008), Kebangkitan
Indonesia (Iboekoe, 2008), Menuju
Indonesia Masa Depan (LeSAN, 2008), Buku
Pintar Kenegaraan (Ekspresi, 2010), Hukum
Perjanjian dan kontrak (Pinus, 2010), Berguru
Pada Orang Kaya Indonesia (DIVA Press, 2011), Hukum Hak dan Kewajiban Nasabah (Pustaka Yustisia, 2011), Hukum Pemerintahan Daerah (KTM, 2013).
Selain itu juga buku – buku sosial, motivasi, dan hukum yang tengah dalam
proses. Hal yang melatar belakangi Lukman Santoso Az menulis buku ini ialah
mulai lunturnya rasa cinta tanah air para pemuda di Indonesia di era
globalisasi ini dan kurangnya pengetahuan para muda – mudi bangsa akan tokoh –
tokoh yang berada di balik kemerdekaan Indonesia. Dan tujuannya tidak lain dan
tidak bukan ialah untuk membangkitkan rasa cinta tanah air para generasi
penerus bangsa melalui tulisan yang menyajikan usaha keras para pahlawan di
balik kemerdekaan Indonesia.
baca juga : Analisis puisi doa karya chairil Anwar
Berbeda dengan Soekarno
maupun Mohammad Hatta, nama Sultan Sjahrir memang sedikit asing di telinga. Namun,
andil dan peran besarnya tak bisa dipandang mata. Ia adalah perdana menteri
Indonesia sekaligus aktor penting dalam Perundingan Linggarjati. Ia juga berhasil memunculkan politik luar negeri yang dikenal
sebegai politik diplomasi yang berhasil membawa Indonesia sejajar dengan bangsa –
bangsa lain di dunia.
Sultan Sjahrir merupakan sosok yang memiliki peran penting dalam
kehidupan Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sjahrir lahir di
Padang Panjang, Sumatra Barat pada tanggal 5 Maret 1909. Dan meninggal di
Zurich, Swiss pada tanggal 9 April 1966. Beliau merupkan anak kedua dari 4 bersaudara. Ayahnya bernama Mohammad Rasad
dan ibunya bernama Poetri Siti Rabi’ah. Kakaknya bernama Siti Sjahrizad,
adiknya bernama Sultan Sjahsam dan Mahroezar. Saat kecil Sjahrir lama tinggal di Minangkabau,
kemudian pada usia 4 tahun ia pindah ke Medan. Di usia 6 tahun ia masuk ELS,
tamat ELS (1920) lalu ia melanjutkan sekolah ke MULO terbaik di Medan.
Setamatnya dari MULO, Sjahrir melanjutkan ke AMS di Bandung. Nasionalis Sjahrir
tumbuh saat mendengar pidato Dr. Cipto Mangunkusumo yang saat itu sedang
berpidato di alun – alun Bandung. Selanjutnya, aksi Sjahrir menjurus jadi
politis. Pada 20 Februari 1927 ia menjadi salah satu penggagas “Jong Indonesie”
dan kemudian berganti nama menjadi “Pemuda Indonesia” yang menyelenggarakan
Kongres Pemuda Indonesia. Kongres yang pada 1928 menghasilkan Sumpah Pemuda.
Lulus dari AMS (Juni 1929), Sjahrir melanjutkan sekolahnya di Universitas
Leiden, Belanda dengan mengambil bidang studi Hukum. Sepulangnya dari Belanda, Sjahrir
seringkali memegang jabatan kenegaraan. Jabatan kenegaraan pertama kali yang diemban Sjahrir adalah
ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 16 Oktober 1945 – 28 November
1945 sekaligus merangkap ketua Badan Pekerja KNIP (BPKNIP) pada 15 November
1945. Selanjutnya, sejak 27 Juni 1947 berbagai jabatan pernah dijalankan. Salah
satunya adalah menjadi delegasi dalam Perjanjian Linggarjati pada Oktober 1946
– 25 Maret 1947. Di samping jabatan kenegaraannya, Sjahrir juga memiliki banyak
karya yang terpublikasi. Di antaranya seperti : Pikiran dan Perjoeangan, Pergerakan Sekerja,
Perjoeangan Kita, dan masih banyak lagi. Ketika
menjadi perdana menteri Sjahrir menikahi Poppy Saleh, sekretarisnya dan dikaruniai dua anak, yakni Kriya Arsjah pada 1957 dan
Siti Rabyah Parvati pada 1960. Sultan Sjahrir yang merupakan perdana menteri pertama Indonesia ini
memang banyak melewati masa – masa sulit dalam perjuangan meraih Indonesia
merdeka, Sjahrir beberapa kali dibuang dan diasingkan oleh pihak Belanda yang
berniat untuk menyelamatkan pemerintahannya dari serangan nasionalis. Beliau
pernah diasingkan di Boven Digul, Papua, kemudian dipindahkan ke Bandar Neira
(Pulau Banda) bersama aktivis – aktivis nasionalis yang lain, termasuk di
dalamnya Muhammad Hatta.
Dalam buku
ini Lukman Santoso Az. menuliskan pribadi Sjahrir sejak kecil, duduk dibangku sekolah, menempuh pendidikan di Belanda,
hingga kembali dan bekecimpung di dunia politik Indonesia. Tak hanya itu, buku
ini juga memuat kisah asmara sang diplomat
ulung ini. Dalam buku ini juga dituliskan bagaimana akhir hayat pria yang
berjuluk Smilling Diplomat itu. Jadi penyajian
data - data mengenai kehidupan Sultan
Sjahrir yang diberikan penulis sangatlah lengkap, dan dipaparkan dengan sangat
detail.
baca juga :Resensi buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
baca juga :Resensi buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Selain itu dari cara penulisan Lukman Santoso
Az. dalam buku ini yang dibagi menjadi 6 bab, di sini ia menggunakan urutan
waktu yang sangat runtut. Sehingga dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
kerangka penulisan dari buku ini sangatlah baik dan teratur.
Buku ini juga menggunakan bahasa yang
tergolong ringan, dengan pemilihan kosakata – kosakata yang mudah dipahami.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis menggunakan bahasa yang mudah, agar pesan dari
penulis yang disampaikan melalui buku ini dapat sampai kepada pembaca.
Namun
sayangnya buku ini hanya merujuk pada sumber tertulis yang sudah ada, sehingga terkesan hanya menggabungkan sumber – sumber
terdahulu. Hal tersebut dapat dilihat
dari daftar pustaka pada akhir buku. Dari hal tersebut, dapat disimpulakan
bahwa dalam buku ini sang penulis memiliki pola berfikir yang kurang kreatif. Ditambah
lagi, isi buku ini tidak didukung dengan foto atau gambar sehingga bagi sebagian pembaca akan terasa membosankan. Selain itu, karena terlalu banyaknya data yang disajikan
oleh penulis hal tersebut membuat buku ini terkesan monoton.
Secara umum,
buku ini mampu memperkenalkan kembali sosok Sultan Sjahrir
yang seakan kalah pamor dengan nama besar Soekarno
dan Hatta. Pada dasarnya, kemerdekaan Indonesia bukan hanya karena dua tokoh tersebut, namun banyak tokoh lain yang tak kalah penting untuk dikenal dan dihargai perjuangannya. Dan Sultan Sjahrir
adalah salah seorang dari pejuang itu. Harus diakui bahwa buku ini merupakan suatu
motivasi yang dapat mendorong beribu – ribu anak bangsa untuk memiliki rasa
cinta Tanah Air. Jadi sangat sangat disarankan bagi para pemuda bangsa untuk
membaca buku ini agar mengetahui bagaimana kerasnya usaha para pahlawan dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan siapa saja yang memiliki andil dalam
perjuangan tersebut.
1 Comments
Penulisan nama Bung Kecil ini harap diperhatikan, nama blio ialah "SUTAN SJAHRIR", bukan "SULTAN SJAHRIR".
ReplyDelete