Perjuangan Gus Dur Menegakkan Pluralisme di Indonesia
Judul buku : Gus Dur Santri Par Excellence
Editor : Irwan Suanda
Nama penerbit : Penerbit Buku Kompas
Kota penerbit : Jakarta
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Januari, 2010
Harga buku : Rp50.000
Tebal buku : xx + 314 halaman, 14 cm x 21 cm
ISBN : 978-979-709-461-4
Para
penulis ingin membangun kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya
perbedaan dan keragarman dengan menghidupkan kembali pemikiran Gus Dur yang
meninggal pada 30 Desember 2009 sebagai seorang pluralis. Banyaknya pengarang
yang mencurahkan ide dan pendapatnya dalam buku ini membuat resensator
kesulitan mencari biografi mereka, namun rata- rata dari mereka adalah teman
atau orang yang pernah berbincang dengannya mengenai sub bab yang dikarangnya.
Buku
ini diawali dengan keadaan setelah Gus Dur wafat dan apa saja yang telah memaparkan
tentang sikap Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme dan Multikulturalisme yang
senantiasa membela keberadaan kaum minoritas. Dilanjutkan dengan sikap bijak Gus
Dur yang menolak usulan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara islam dengan
alassan yang dapat diterima logika. Dan bab terakhir yang menjelaskan keadaan
pihak- pihak tertentu pasca meninggalnya Gus Dur.
Bahasa
yang digunakan pada buku ini mampu meyakinkan pembaca bahwa apa yang
disampaikan penulis tentang Gus Dur sangat tepat, ditambah lagi dengan tokoh
ternama dan bukti dari Al Quran. Banyak kutipan- kutpan dari buku lain bisa
menambah pengetahuan pembaca.
Pernyataan
dari berbagai orang yang paham terhadap bidang yang dibahas, seperti
pernyataann Dr. Machasin (1998) bahwa Pancasila yang memayungi semua agama yang
sah di Indonesia memungkinkan suatu pemeluk agama dapat mengenal dan
membandingkan dengan agama lain.
Ada
beberapa pernyataan penulis yang didukung oleh ayat- ayat Al Quran yang bisa
lebih meyakinkan pembaca bahwa tindakan yang dilakukan Gus Dur adalah benar.
Seperti pada pernyataan “kaum Muslimin seharusnya tidak memebedakan ajaran para
Rasul” yang didukungdengan Surat an-Nahl ayat 36, al-Hajj ayat 40, al-Baqarah
ayat 285, dan masih banyak lagi.
Sub
bab- sub bab ditulis oleh penulis berbeda ang tahu dan mengenal Gus Dur membuat
pembaca yakin bahwa informasi yang ditulis dalam buku ini bukan merupakan rekaan
belaka. Seperti pada sub babGus Dur, Indonesia, Dunia yang ditulis oleh Yasmi
Adriansyah dan sub bab Gus Dur, Pahlawan HAM oleh Asvi Warman Adam.
Pernyataan
dari orang- orang terdekat Gus Dur membuat data buku ini semakin lengkap. Seperti
Prabowo subianto yang merupakan teman dekat Gus Dur sekaligus Ketua Dewan
Pembina Partai Gerindra dan Ma’ruf Amin yang merupakan Sekjen PBNU saat Gus Dur
menjadi ketua umumnya.
Tak
ada gading yang tak retak, meskipun banyak kelebihan yang dimiliki buku ini,
ada juga kelemahannya. Buku yang terlalu tebal bagi kebanyakan orang ini
membuat malas para pembaca dan cara penyajian yang monoton membuat pembaca
semakin mudah bosan. Ide antara sub bab satu dan yang lainnya yang mirip
membuat pembaca malas membaca buku ini.
Ditinjau
dari kelebihan dan kekurangannya, buku ini termasuk buku yang bagus. Buku ini
sangat cocok dibaca semua kalangan karena dapat membangun dan meningkatkan rasa
toleransi. Buku ini juga cocok bagi anda yang ingin mengetahui tentang Gus Dur
lebih lanjut.
Oleh :
Ken Regar R.
MIPA A
2016/2017
Oleh :
Ken Regar R.
MIPA A
2016/2017
0 Comments